Tentang Cinta Kita

Tentang Cinta Kita
Mari kita ukur kadar cinta kita, apakah kita mencintai kegelapan atau mencintai cahaya yang memancar dari Allah Swt dan RasulNya? Dalam firmanNya:

“Katakan (Muhammad) apabila bapak-bapak mereka (leluhur), dan anak-anak mereka, dan saudara-saudara mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keluarga mereka, dan harta-harta yang mereka usahakan, dan bisnis yang mereka takutkan kerugiannya, dan rumah tinggal yang mereka tenterami dengan senang, lebih mereka cintai disbanding Allah dan RasulNya, disbanding perjuangan di JalanNya, maka tunggulah, hingga Allah mendatangkan perintahNya (azab). Dan Allah tidak memberi hidayah kepada orang yang fasik.”
Kefasikan selalu muncul ketika cinta itu lebih mengutamakan makhluk, ciptaan, dan segala hal yang berorganisme dengan ciptaan, disebabkan keterpesonaan yang menumbuhkan hijab antara Allah dan hambaNya.

Bagaimana siksa tidak muncul? Sedangkan anda menempuh jalan hijab, jalan alam ciptaan, dan mengganti Jalan Ilahi, sehingga tidak menemukan Allah disana? Mengikuti jejak Rasul adalah bentuk dan wujud cinta kita kepada Allah Swt. “Katakan, jika mereka mencintai Allah, maka ikutilah aku, Allah bakal mencintai kalian.”

Rupanya cinta itu ada di sanubari kita, bukan di bibir kita, bukan pada bendera yang kita kibarkan. Apalagi kalau cinta kepada Allah dan RasulNya kita jual belikan untuk kepentingan duniawi kita. Na’udzubillah.